Ikatan Pelajar Indonesia Bag. Pertahanan

Monumen Pena utuh tampak depan 1Terbentuknya Ikatan Pelajar Indonesia
Bagian Pertahanan

oleh : Mas Toto Karyanto

Pelajar Indonesia pernah menorehkan tinta emas dalam sejarah perjuangan bangsanya. Saat itu, September 1945, diselenggarkan Kongres Pemuda Pelajar seluruh Jawa dan Madura yang dihadiri oleh perwakilan-perwakilan Gabungan Sekolah Menengah. Kongres dimulai dengan mengadakan rapat raksasa di stadion Kridosono. Selain para pelajar yang jumlahnya sekitar 8.000 orang, hadir pula Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Paku Alam VIII dan Ketua Komite Nasional Daerah Yogyakarta. Keputusan yang paling penting dari Kongres ini adalah pembentukan Ikatan Pelajar Indonesia yang disingkat IPI sebagai wadah seluruh pelajar Indonesia. Sebagai Ketua dipilih Anto Sulaiman, seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta.

Keputusan yang lain diantaranya adalah sebuah mosi yang menyatakan bahwa:

1. Kami adalah pelajar Indonesia
2. Menolak menjadi pelajar lain dari pada Pemerintah Indonesia
3. Menyediakan tenaga, jiwa dan raga untuk kepentingan kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia

Pada tanggal 1 –5 Januari 1946, Ikatan Pelajar Indonesia mengadakan Kongres di Madiun. Dalam Kongres itu diadakan perubahan dalam susunan pengurus besar. Ketua dijabat Tatang Mahmud, Ikatan Pelajar Indonesia (IPI) membentuk Bagian Pertahanan yang kemudian lebih dikenal dengan nama Tentara Pelajar. Di Yogyakarta, pembentukan Ikatan Pelajar Indonesia Bagian Pertahanan diputuskan dalam suatu rapat yang diselenggarakan di gedung Soboharsono. Sebagai ketua dipilih Hartono Kadri dan Suyitno sedang wakil ketuanya, Martono. Mula-mula gagasan ini dicetuskan dan didukung oleh lima orang pelajar Sekolah Guru Tinggi, ialah Sutomo, Moch. Said, Abdul Gofur, Warsito dan Martono serta Atmono dan Titi Dewi.

Pada tanggal 10 Juni 1946 diadakan rapat raksasa di depan Istana Negara (sekarang Gedung Negara) di mana hadir beribu-sibu pelajar.Setelah Presiden Soekarno keluar dari istana, para pelajar menyatakan siap di belakang pemerintah dan siap dikirim di medan laga. Pada rapat itu diumumkan juga, bahwa siapa yang ingin menjadi pasukan Ikatan Pelajar Indonesia supaya mendaftarkan diri ke kantor pusat Ikatan Pelajar Indonesia di Jalan Tugu Kulon no 70 (sekarang Jl. Diponegoro dekat Pasar Kranggan). Selanjutnya, kantor ini juga berfungsi sebagai Markas Pusat Pelajar (MPP) serupa dengan fungsi markas besar tentara.

Selain pasukan Ikatan Pelajar Indonesia, di Yogyakarta juga terdapat pasukan dari Organisasi Pelajar Sulawesi. Anggotanya terdiri dari pelajar-pelajar Makasar yang sebelumnya berjuang melawan Belanda. Organisasi Pelajar Sulawesi dibentuk pada Januari 1947 dan terkenal dengan singkatan PERPIS. Ketuanya adalah M. Risa dengan sekretaris Tajudin. Persatuan Pelajar Sulawesi diresmikan berdirinya pada bulan Pebruari 1947 di asrama Blunyah Petinggen. Sebagai organisasi pelajar maka Persatuan Pelajar Sulawesi menjadi Ikatan Pelajar Indonesia.

(dikutip dari buku “ Peran Pelajar Dalam Perang dan Tradisi TNI, 1995)

SEPUCUK SURAT DARI AKHIRAT
BUAT REKAN-REKAN ANGKATAN ‘45

Kawan,
Kau pasti masih ingat

Kami mati dengan perut kosong dan baju compang-camping

tapi berendam dalam semangat yang membara

Kami belum pernah merasai hasil Kemerdekaan Kamilah remaja

yang tidak sempat mereguk nikmat dunia Tapi kami rela

melepas nyawa demi cita-cita bangsa

Kini…

apa kabar kawan, nasib bangsa kita ?

Dan

masihkah engkau setia Kepada ikrar semula ?

Engkau boleh melupakan kami Tapi jangan berpaling

dari nasib Rakyat Jelata dan, kami pun pralaya.

Bagi mereka jua

kita dulu menyabung nyawa dan, kami pun pralaya. Kami tidak tahu
apa jadinya kini !

Semoga segalanya

berjalan sesuai cita-cita semula sehingga pengorbanan kami tidak sia-sia

welatanama

Keberadaan Markas Darurat di Front Barat
Pada Perang Kemerdekaan I – 1947

Jatuhnya Gombong ke tangan tentara pendudukan Belanda dalam suatu gerakan ofensif setelah menduduki Banyumas pada Juni 1947 menyebabkan munculnya garis demarkasi di sepanjang wilayah Timur Kali Kemit dari Karanggayam sampai Puring. Dengan demikian, pusat pemerintahan dan kekuatan pertahanan juga mundur ke wilayah aman di Karanganyar. Wilayah ini kemudian disebut sebagai Front Barat.

Menghadapi perkembangan situasi terakhir, terutama mengantisipasi kemungkinan besar terjadinya “seranganiulangtahunpenghormatanRatuWilhelminapada1 ata September”, Markas Pusat Pelajar mengirim s kehadiran utusan khusus yang dikirim ke markas TP Purworejo yang dilakukan oleh

Moedojo (baca Mudoyo) dan stafnya kepada Imam Pratignyo yang menjabat sebagai Komandan Markas TP di sana. Utusan tersebut kemudian melanjutkan perjalanan ke Kebumen dan memutuskan untuk menempatkan markas komando lapangan yang menurut penuturan Staf Putri, Atiatoen, untuk menghadapi Front Barat yang dinilai sangat strategis dalam mempertahankan wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

oom Tinus mengamati prasasti 2

Markas Darurat Front Barat beroperasi selama kurang lebih dua bulan, sejak awal Juli sampai dengan 5 September 1947. Kantor dikelola oleh Moedojo yang merupakan mahasiswa Sekolah Tinggi Hukum (sekarang Fakultas Hukum Universitas Gadjahmada, Yogyakarta) selaku Kepala dan Tjiptardjo (baca Ciptarjo) sebagai wakilnya. Menurut penuturan Ibu Atiatoen Djadjoeli, mas Moedojo adalah pribadi yang serius dan pendiam. Sementara itu, mas Tjiptardjo yang masih menjadi siswa Sekolah Menengah Teknik (setara STM atau SMK) adalah pribadi yang ramah, ceria dan komunikator handal.

Selama bertugas di Markas Darurat, Ibu Atiatoen mengajak rekan-rekan satu sekolah dan asrama di Sekolah Guru Putri (SGP) Jalan Jati Yogyakarta yang berasal dari. Yaitu, Umiyatun yang merupakan adik kandung Martono (Komandan Batalyon 300 Tentara Pelajar), Rasini, Umi Wasilah dan Suprapti. Mereka dibantu oleh juru masak keluarga Pendeta Bapak Reksdihardjo yaitu Yu Fathonah dan seorang lelaki pencari kayu serta kebutuhan dapur lain yang tidak diingat namanya oleh Ibu Atiatoen Djadjoeli.

Kesadaran kaum terdidik atas nasib bangsa yang kembali dijajah oleh bangsa atau persekutuan sejumlah bangsa telah dibuktikan dengan partisipasi aktif IPI Bagian Pertahanan atau Tentara Pelajar serta sejumlah nama lain di berbagai front besar Perang Kemerdekaan I maupun II. Tanpa landasan kesadaran pentingnya bela bangsa/ Negara (patriotisme) bisa kita bayangkan betapa lebih beratnya nasib bangsa, Negara dan masyarakat Indonesia saat ini. Tidak ada kebanggaan dan harga diri selaku manusia merdeka yang jadi fitrah manusia. Hanya dengan kesadaran dan usaha bersungguh-sungguh memaknai kemerdekaan itu, keadilan dan kesejahteraan dapat diwujudkan. Tentara Pelajar telah membuktikan dalam kiprahnya selama sekitar 4,5 tahun sejak Juni 1946 sampai dengan akhir Desember 1949. ( Mas Toto Karyanto )mas Toto & oom Tinus

admin

Untuk bergabung dengan Group Aku Cinta Kebumen di Facebook, silahkan buka link ini => Aku Cinta Kebumen

3 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *