(kalau buruk muka cermin jangan disalahkan)
Tokoh unik lain setelah Bilung dalam dunia pewayangan adalah Togog, cukup dikenal dan sering menjadi simbol olok-olokan orang yang tidak setia pada pekerjaan. Tokoh wayang ini sering diidentik dengan kejelekan, keburukan, kerakusan, keserakahan, tapi sebenarnya juga adalah seorang Dewa, Karakteristik Togog bermata juling, hidung pesek, mulut mrongos ( tongos ), gigi ompong, kepala botak, rambut hanya sedikit di tengkuk. Bergelang akar bahar. Berkain batik sejenis slobog, berkeris. Togog bersuara besar, suara dalam leher yg dibesarkan. Togog adalah putra dewa yang lahir sebelum Semar,
tetapi karena tidak mampu mengayomi bumi maka Togog kembali ke asal lagi, tidak jadi lahir. Pada waktu bersamaan lahirlah Semar. Togog, adalah anak Sang Hyang Tunggal dengan Dewi Rakawati, bermuka buruk dengan mulut terbuka lebar.
Semula berparas tampan, berasal dari kulit luar telur yang dikandung Dewi Rakatawati, bernama Sang Hyang Antaga. Ia mempunyai 3 saudara yaitu: Lapisan-lapisan telur yakni
– Kulit paling luar diberi nama Batara Antaga (Togog),
– Kulit selaput diberi nama Batara Sarawita ( Bilung)
– Putih telur diberi nama Batara Ismaya (Semar) dan
– Kuning telur diberi nama Batara Manikmaya (Batara Guru).
Togog mengabdi kepada raja-raja yang kaya raya,otoriter, serakah dan angkara murka. Dalam kisah Ramayana dikisahkan, togog mengabdi kepada Rahwana. Biasa bekerjasama dengan tokoh yang jahat, seperti Gedeng Permoni yang bertempat tinggal di Setra Gandamayit, dengan Pendeta Dorna dari Sokalima. Dikisahkan ketika mendengar Sang Hyang Manikmaya akan dinobatkan oleh ayahnya menjadi raja di Tri Buana, ia merasa iri hati, sebab ialah yang pantas menjadi raja karena anak tertua. Hingga timbul keinginan untuk memusnahkan Sang Jagat Nata. Untuk mencapai maksudnya ia ingin bekerjasama dengan adiknya, Sang Hyang Ismaya. Ketika berjumpa dengan Sang Hyang Ismaya, ia malah diberitahu bahwa Sang Hyang Rancasan mendirikan negara sendiri di Kahyangan. Maka sebelum niatnya dilaksanakan, secara serentak ia memusnahkan raga kasar Sang Hyang Rancasan sedangkan Sang Hyang Ismaya merobek-robek serta memakan raganya. Di tengah jalan menuju Joggring Salaka (tempat Sang Hyang Manik Maya), mereka dicegat ayahnya. Mereka diperintahkan untuk menelan gunung,Gunung Jamurdipa, barang siapa yang bisa menelan gunung tersebut berhak menjadi raja di Tri Buana. Mendengar hal itu, Togog segera menelannya, namun gagal hanya kedua bibirnya yang melebar dan memanjang hingga akhirnya berubah menjadi tokoh wayang yang buruk rupa.
Namanya yang semula Sang Hyang Antaga atau Sang Hyang Puguh diganti menjadi Togog Wijamantri. Sang Hyang Ismaya menelan gunung itu tapi tak dapat mengeluarkannya lagi, tubuhnya berubah menjadi buruk dan hina dina, namanya diganti Semar. Gunung Jamurdipa dapat ditelan bulat-bulat tetapi tidak dapat dikeluarkan lagi karena Semar tidak bisa mengunyah akibat giginya taring semua, dan jadilah Semar berperut buncit karena ada gunung didalamnya, seperti dapat kita lihat karakter Semar dalam wayang kulit. Karena sarana gunung yang untuk sayembara sudah musnah ditelan Semar maka yang berhak memenangkan sayembara dan diangkat menjadi penguasa kadewatan adalah Sang Hyang Manikmaya atau Batara Guru,anak bungsu dari Sang Hyang Wenang. Kedua anak Sang Hyang Tunggal itu dihukum harus turun ke Arcapada(dunia manusia). untuk menjadi penasihat, dan pamong pembisik makna sejati kehidupan dan kebajikan pada manusia, yang pada akhirnya Semar dipilih sebagai pamong untuk para satria berwatak baik ( Pandawa) dan Togog dan Bilung diutus sebagai pamong untuk para satria dengan watak buruk.
Togog adalah tokoh wayang yang digunakan pada lakon apapun juga di pihak raksasa. Ia sebagai pelopor petunjuk jalan pada waktu raksasa yang diikutinya berjalan ke negeri lain. Pengetahuan Togog dalam hal ini, karena ia menjelajah banyak negeri dengan menghambakan dirinya,dan sebentar kemudian pindah pada majikan yang lain hingga tak mempunyai kesetiaan. Karena itu kelakuan Togog sering diumpamakan pada seseorang yang tidak setia pada pekerjaannya dan sering berganti majikan. Di mana Togog menghamba tentu dipercaya oleh sang majikan, Selama hidup di Arcapada, Togog ditemani oleh anak ciptaannya bernama Jaka tambilung. Anak ciptaan lainnya ialah seorang puteri cantik bernama Dewi Laela Sari yang dikawin oleh Astrajingga (anak ciptaan Semar).
Dalam cerita Prabu Parikesit sebaga Raja Astina, Togog menjadi penjaga candi-candi di Karang Pecanden.Dialah yang merekayasa huru-hara di Astina sehingga terjadi serangan Sencamuka (anak Jayaderata) atas Parikesit (cucu Arjuna). Dalam cerita Ganda Setra dari Setra Gandamayit, ia menjadi penasihat sekaligus menjadi pesuruh anak Dewi Permoni. Saat itulah ia bersama anak ciptaannya mati terbunuh oleh Raja Pringgadani ketika menyerang Prabu Parikesit, Raja Astina. Cerita dan tokoh wayang memang tidak sepenuhnya merefleksi sosok manusia dan kehidupannya, secara kebetulan banyak karakter wayang yang mewakili manusia di dunia.
Dalam konteks kekinian, tidak sedikit togog-togog, manusia-manusia yang berwatak penjilat, plintat-plintut, kutu loncat, oportunis demi kepentingan sesaat. Dunia menjadi sangat kumplit dengan adanya manusia-manusia seperti togog, tetapi alangkah celakanya jika hidup didunia sekedar menjadi pengomplit, Togog tidak salah, meskipun togog buruk muka,tetapi hendaknya,jangan karena buruk muka cermin di belah, kita tidak perlu menyalahkan apalagi mencari kesalahan orang lain, jika memang kita sendiri yang salah. (ken)
* dari berbagai sumber