Seni -Tradisi dan Penguatan Nilai-nilai di Kabupaten Kebumen

MT ArifinSeni-Tradisi dan Penguatan Nilai-nilai di Kabupaten Kebumen (Resume)
Oleh MT Arifin

1. Seni-tradisi merupakan cabang kesenian rakyat yang mencerminkan sifat-sifat hidup wong Kebumen beserta pola masyarakatnya. Ia terbangun melalui proses-proses sosial dan disuburkan vitalitas nilai-nilai Jawa dikaitkan ikatan-tempat dan rasa identitas-komunitas,sebagai pengetahuan atau kompleks pengalaman yang diwarisi sejak masa lampau secara lintas generasi, berfungsi untuk membangkitkan perilaku-perilaku sosial dalam hidup masyarakat. Di dalamnya terkandung makna-makna tentang pengetahuan hidup, berbentuk simbol-simbol dan konsep-konsep, sebagai cita dan ukuran yang dimiliki secara bersama melalui unsur-unsur yang dianggap berharga, dimanifestasikan dalam: “bahasa”, “kesenian”, dan “upacara-upacaranya”.
2. Berdasarkan data yang diterbitkan Pemerintah Daerah Kabupaten Kebumen (2012), setidaknya terdapat 10 jenis seni tradisi sebagai seni pertunjukan rakyat.

Tabel : Daftar Jenis Kesenian Daerah di Kabupaten Kebumen (2012)
1.Kuda lumping 95 group
2. Wayang kulit 80 group
3. Campursari 28 group
4. Kethoprak 23 group
5. Calung 21 group
6. Rebana 17 group
7. Lènggèr 11 group
8. Jamjanèng 12 group
9, Orkes/Dangdut 7 group
10 Sanggar seni 4 group
Sumber: Dinas Perhubungan Komunikasi & Informasi Kabupaten Kebumen (2012)

3. Seni-tradisi di Kebumen tumbuh dari tradisi kuno Sigaluh, yang melahirkan basis tradisi Bagelènan. Budayanya bertumpu pada filsafat mancapat mancalima, terekspresi melalui ekosistem paglondhongan. Corak kulturalnya merupakan perjumbuhan tradisi etnik Jawa, Pasundan, dan Cirebonan, yang tercermin dalam sub-kultur Banyumasan dan Bagelènan.
a. Kebumen-barat dengan pusat di kecamatan Ayah lebih mencerminkan
ekspresi sub-kultur Banyumasan (calung, lengger, ebleg, wayang gaya
Banyumasan, dll);
b. Kebumen-timur dengan pusat di kecamatan Kutowinangun lebih men
cerminkan ekspresi sub-kultur Bagelènan (kethoprak, jaran kepang,
wayang gaya Bagelenan dll)
c. Pasca abad-18 Kebumen dipengaruhi oleh tradisi besar keraton:
1) Sub-kultur Banyumasan terkait kerangka tradisi Kasultanan dengan
pusat di kota Karanganyar yang mendorong perkembangan nuansa
“seni klasik” Yogyakarta;
2) Sub-kultur Bagelènan terkait tradisi keraton Kasunanan dengan pusat
di kota Kebumen yang mendorong nuansa “seni klasik” Surakarta.
3) Pasca Perang Diponegoro, daerah Kebumen-Barat dan Kebumen-
Timur di bawah pengaruh kebudayaan Barat, akibat masuknya
industraliasi, transportasi, birokrasi pemeritahan dan sistem
pendidikan modern.
a) Kebumen wilayah tengah memiliki proses dialogis dengan
tradisi keraton dan budaya Barat-modern, sehingga memiliki
pengayaan: upacara merti deso, arsitektur Indies, tradisi
literasi, film, seni drama dan opera, kethoprak tobong, seni
lukis, patung, musik gerejawi, seni kelenteng, atau seni musik
modern
b) Urut Sewu menjadi pusat dari tradisi perlawanan yang me
numbuhkan sifat anti-struktur bercorak “anti-Barat”, terefleksi
melalui seni-tradisi: wayang-golèk (Menak) dipahami sebagai
wayang klithik berpusat di Kebumen-timur (Ambal), serta seni-
pesantren berpusat di Kebumen-barat (Petanahan);di samping
tradisi upacara-upacara sedekah dan rekreasi laut.
4. Perkembangan dan latar kebudayaan menyebabkan daerah Kebumen “kaya akan ragam khasanah seni-tradisi”, baik seni pertunjukan rakyat yang bersumber dari corak masyarakat agraris Banyumasan dan Bagelenan, seni klasik yang berasal dari keraton (Yogyakarta dan Surakarta), seni modern dari unsur kebudayaan Barat, maupun corak seni perlawanan yang bernuansa Islam, baik dalam bentuk wayang klithik maupun pelbagai bentuk seni pesantren. Manakala dikaitkan dengan teritori Kebumen, keberadaan macam kandungan utama itu akan dapat berguna dalam pelbagai fungsi, antara lain:
a. Memerankan seni-tradisi sebagai sumber pengembangan seni pertunjukan
rakyat daerah Kebumen;
b. Pengembangan “kebudayaan daerah” Kebumen dalam upaya
meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dengan fokus menempatkan
bahasa Jawa, seni-tradisi dan upacara-upacaranya, sebagai ekspresi
utama yang paling khas dan menonjol.
c. Pengembangan seni-tradisi tak hanya didasarkan atas pengetahuan dan
ketrampila. Menurut Ki Hadjar Dewantoro, seni-tradisi juga berkaitan
dengan tumbuhya kesadaran ”rasa kebatinan” (kesadaran kultural yang
mendalam), karena selalu menuntun ke arah: (1) Rasa kawiraman
(perasaan ritmis); (2) Menghidupkan rasa kaendahan (perasaaan estetis);
(3) Menguatkan serta memurnikan rasa kesusilan (perasaan etis).
Keseluruhan dayanya akan berfungsi:
1) Pembentukan watak berdasarkan tajamnya cipta, halusnya rasa,
kuatnya karsa;
2) Menumbuhan rasa budaya yang indah dan luhur, yang dapat me
nimbulkan kebanggaan terhadap daerah serta kemurnian rasa ke
bangsaan;
3) Akan memberikan identitas kepada masyarakat Kebumen manakala
kehadirannya mampu membangkitkan rasa bangga, karena unsur
kreativitas dan mutu tinggi.
5. Kemajuan pendidikan, teknologi, industri dan sistem jaringan komunikasi, informasi dan transportasi di daerah Kebumen memiliki pengaruh terhadap seni-tradisi dan tuntunan masyarakat akan mutu pagelaran seni. Kecenderungan demikian menimbulkan pikiran tentang:
a. Perlunya reidentifikasi kebudayaan daerah menjadi satu cara yang
dibutuhkan untuk mempertahankan jati diri kehidupan masyarakat, agar
tidak kehilangan arah dalam menentukan pola hidup baru.
b. Seni-tradisi berangkat dari lingkungan tradisi masyarakat Kebumen (yang
agraris), dimana adat atau kesepakatan bersama yang bersifat turun-
temurun mengenai perilaku, menjadi landasan eksistensi utama bagi
pertunjukannya.
6. Berlangsungnya proses komersialisasi, industrialisasi dan mekanisasi atau elektronisasi yang diikuti proses sekularisasi, akhirnya juga ikut mempengaruhi kehidupan seni-tradisi:
a. Kecederungan seni-tradisi tertentu cenderung bergeser menjadi bentuk
kesenian umum dan berkembang ke tingkat perkotaan;
b. Munculnya tuntutan pembaharuan dalam seni-tradisi, terutama dalam
bentuk pagelaran, organisasi, tata busana, fungsi dan orientasi nilainya.
c. Seni-tradisi bergulat dengan perkembangan masyarakat fase transisional:
“di satu pihak berpegang pada nilai-nilai tradisional, di lain pihak bersikap
modern”.
7. Masalah yang dihadapi dalam perkembangan seni-tradisi di daerah Kebumen, adalah bagaimana kita harus menentukan sikap sehingga unsur-unsur tradisional yang masih memiliki nilai-nilai budaya-baik dapat dipertahankan dalam kerangka hidup modern.
a. Seni-tradisi seperti wayang, kethoprak, menthiet dll, masih dapat berperan
sebagai media untuk menyusun kembali sistem nilai baru dalam
keseimbangan. Artinya, bersifat modern namun tak kehilangan nilai-nilai
tradisi untuk mempertebal rasa solidaritas kolektif di samping
memperteguh kepribadian bangsa.
b. Peningkatan mutu pertunjukan seni-tradisi, butuh pembaharuan-
pembaharuan yang antara lain bersumber dari sikap kreatif para
senimannya dalam menemukan ideom-ideom teatrikal baru.
c. Kemampuan seni-tradisi untuk mengakomodasi unsur-unsur budaya luar
yang maju dan dibutuhkan, serta kemudian mengintegrasikannya ke dalam
kebudayaan asli.
d. Dibutuhkan program-program pengembangan seni-tradisi daerah Kebumen
guna mendorong peningkatan kualitas pertunjukan, yang memiliki implikasi
terhadap peran-peran Kebumen yang lebih penting di tingkat provinsi Jawa
Tengah dan Nasional :
1) Peningkatan kemampuan pelaku seni dalam konsep-konsep dan
wawasan budaya;
2) Workshop bagi para seniman untuk menejemen pertunjukan seni-
tradisi;
3) Workshop bagi para seniman untuk peningkatan kreativitas dalam
seni-tradisi;
4) Pengembangan seni-seni pertunjukkan tertentu, baik seni-tradisi,
seni tari klasik, klenengan, maupun seni kontemporer, yang secara
khusus dapat diharapkan untuk berkembang sebagai bentuk “seni
unggulan” daerah Kabupaten Kebumen.
8. Tantangan berat yang harus dihadapi dan dipecahkan:DKD Kebumen
a. Seni-tradisi selalu akan berjalan mengikuti perkembangan masyarakat
yang sering kali dihadapkan pada disorientasi, disintegrasi dan
disfungsionalisasi dalam bidang-bidang kehidupan sosial. Seperti: faktor
kumuhnya seni tradisi, atau naik turun kemampuan ekonomi masyarakat
yang akan berpengaruh terhadapnya;
b. Relatif masih lemahnya orientasi pada kualitas dengan dasar teknologi dan
kecanggihan tinggi, yang direalisasikan melalui bentuk kerja keras, cermat
dan tekun, sehingga mendorong daya gerak produk pemikiran masyarakat
dan karya seni tradisi.
c. Pelbagai kiat yang dapat diupayakan oleh pemerintah daerah kabupaten
Kebumen beserta Dewan Kesenian Daerah, di antaranya:
1) Mensosialisasikan pentingnya seni tradisi dalam pembangunan sosial
di Kebumen;
2) Pembaharuan perangkat dukung (faktor gebyar dan kemampuan
teknologis) sehingga seni tradisi dapat diterima, dinikmati dan
dibutuhkan masyarakat secara modern, tanpa meninggalkan nilai-
nilai tradisi yang bersifat fungsional;
3) Menumbuhkan motivasi masyarakat penanggap-seni (kekuatan
pasar) dalam masyarakat, institusi swasta dan institusi
pemerintahan;
4) Memotivasi para seniman untuk selalu berkarya dan peningkatan
mutu seni;
5) Political will pemerintah daerah dalam “politik kebudayaan”, guna
mendorong perkembangan masyarakat dalam berkesenian yang
berimplikasi terhadap pembentukan watak masyarakat Kabupaten
Kebumen;
6) Mendorong sekolah-sekolah mengembangan jenis seni-tradisi
tertentu dalam kegiatan ekstra kurikuler, guna mendidik kaum muda
dan sekaligus menjadikan sekolah pusat kebudayaan.

Kebumen, 16 Oktober 2013

 

admin

Untuk bergabung dengan Group Aku Cinta Kebumen di Facebook, silahkan buka link ini => Aku Cinta Kebumen

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *