Informasi budaya Kebumen kali ini akan menyajikan salah satu kesenian khas Kebumen yang berupa seni tari, yaitu Tari Lawet. Burung Lawet atau Walet, sarang burung walet dan Tugu Lawet merupakan beberapa ikon dan ciri khas dari kabupaten Kebumen, yang mana kreatifitas seni yang berhubungan dengan burung walet salah satunya berwujud tarian Walet atau tari Lawet. Tari Lawet Kebumen merupakan karya seni dan kreativitas dari Bapak Sardjoko yang awal mulanya diciptakan pada Februari 1989. Asul usul tari Lawet adalah keinginan dari Bupati Kebumen pada tahun 1989 untuk diadakan pentas tari massal khas Kebumen dalam rangka untuk pembukaan acara Jambore Daerah Jawa Tengah yang diadakan di bukit perkemahan Widoro, Kebumen.
Berangkat dari keinginan Bapak Bupati Kebumen waktu itu, maka seorang seniman dari Klaten yang bernama Bapak Sardjoko melakukan survei dan pengamatan untuk obyek refleksi budaya ke pantai selatan Kebumen, tepatnya di daerah Karang Bolong. Mengapa dipilih Karangbolong, karena di situlah terdapat goa-goa yang menjadi sarang burung Lawet dengan hamparan laut yang luas di depannya, burung-burung Lawet yang beterbangan di atas samudra, dan beberapa orang yang memanjat goa untuk mengambil / panen sarang burung Lawet. Dengan melihat kondisi alam dan perilaku satwa serta orang yang mengunduh sarang Lawet, maka menjadi inspirasi untuk dituangkan dalam bentuk gerak tarian dan lagu yang berwujud tari Lawet. Gerakan tari Lawet lincah dan ceria, disesuaikan dengan gerak burung Lawet. Sehingga gerakan dalam tari lawet meliputi ngulet, loncat egot, angklingan, didis, lenggut, nyucuk, ukel, lincah nyucuk, dan kepetan. Tarian khas Kebumen yang berupa tari Lawet ini diiringi dengan musik gamelan yang disebut dengan Lawet Aneba yang merupakan singkatan dari Laras Pelog Patet Barang.
Syair lagu yang dinyanyikan bersamaan dengan musik saat mengiringi tari Lawet adalah : “Bambang wetan pratandha wis gagat enjang. Sesamberane rebut marga mbarubut saking gua Karangbolong. Peksi lawet ireng menges wulune, cukat trengginas katon gembira aneg luhuring samudra gung ngupa boga tumekaning surya andalidir para lawet bali maring gua”. Syair ini intinya menceritakan tentang rutinitas dan aktivitas burung Lawet sehari-hari dari waktu bangun tidur lalu keluar gua untuk mencari makan sampai kembali lagi ke dalam gua saat sore hari. Kelengkapan dari tari Lawet ini juga sampai pada kostum para penarinya, yang juga kostumnya didesain oleh bapak Sardjoko. Kostum tari Lawet yang lengkap meliputi :
1. Jamang dan Garuda Mungkur, bentuknya burung lawet, warna kuning emas
2. Baju, warna hitam di bagian depan berseret putih
3. Celana, warna hitam
4. Sayap, warna hitam dengan motif gambar bulu
5. Kalung kace, warna dasar merah dengan hiasan warna kuning emas,
6. Stagen/benting/sabuk warna merah
7. Slepe, warna dasar merah dihiasi warna kuning emas
8. Ancal, warna dasar merah dihiasi warna kuning emas
9. Rampek, warna biru, sebagai gambaran air laut
10. Sonder, warna putih dengan garis tepi biru, motif lekukan seperti gelombang laut
11. Ringgel atau gelang kaki, berwarna kuning emas
Tari lawet massal pertama kali dipentaskan di Bumi Perkemahan Widoro Payung pada tanggal 31 Agustus 1989, dengan jumlah penari sekitar 200 orang. Setelah pementasan tari Lawet tersebut, perkembangan tari Lawet mengalami kemajuan yang pesat dengan dipentaskan pada event-event besar, seperti pada : Perayaan HUT RI ke-46, pembukaan MTQ Pelajar Tingkat Jawa Tengah di alun-alun Kebumen tahun 1993, Penutupan Porseni SD se Jateng tahun 1993, Pembukaan Porseni SD Kabupaten Kebumen dipentaskan massal oleh 300 penari, Peresmian Stadion Candradimuka tahun 1994, Pembukaan Porseni SD Tingkat Pembantu Gubernur se Kedu tahun 1994, Festival Ngunduh Sarang Burung Lawet di TMII tahun 1995, dan juga sebagai Juara I dalam Lomba Karya Tari Anak Tahun 1996 di STSI Surakarta. Tari Lawet Kebumen mengalami masa kejayaan pada masa pemerintahan Bupati Amin Sudibyo dengan dimasukkannya tari Lawet dalam kurikulum wajib sebagai Muatan Lokal Sekolah Dasar. Namun pada tahun 2005, peraturan tersebut dihapus dan akibatnya belum ada lagi upaya pelestarian Tari Lawet (lawet dance) hingga saat ini. Peran serta Pemda Kebumen serta kebijakan instansi terkait seperti DISPARBUD dan DIPORA sangat diharapkan untuk kembali mengangkat dan menjaga kelestarian tari Lawet sebagai aset budaya Kebumen yang berharga. (@denbow, dari berbagai sumber)
2 Comments
TARI WALET TARI KHAS ICON KOTA KEBUMEN – VIEW KEBUMEN
(March 26, 2017 - 6:50 am)[…] seni yang berhubungan dengan burung walet salah satunya berwujud tarian Walet atau tari Lawet. Tari Lawet Kebumen merupakan karya seni dan kreativitas dari Bapak Sardjoko yang awal mulanya diciptakan pada Februari […]
Pameran Batik Pegon Kebumen | Informasi Sejarah, Budaya, Wisata Kebumen
(October 11, 2018 - 11:51 am)[…] negara yang memeliki warisan budaya begitu banyak sejak jaman dulu, dimana ragam bentuk dari warisan budaya adiluhung dan juga nilai-nilai luhur tersebut masih banyak yang bertahan dan dilestarikan hingga […]