Syiar agama Islam di Indonesia telah dimulai dari jaman dulu, dimana dalam setiap syiar agama Islam yang datang dan berkembang di pelosok nusantara tesebut selalu dengan kedamaian, kebijaksanaan, dan tidak melepaskan sisi positif dari adat istiadat dan budaya masyarakat setempat. Salah satu kelompok atau periode generasi pembawa syiar agama Isam di nusantara yaitu tepatnya di pulau Jawa adalah para wali atau yang lebih dikenal dengan sebutan Wali Songo (Sembilan Wali). Salah satu sosok wali yang sangat terkenal dan telah memberikan bermacam teladan, keilmuan, serta wejangan atau filosofi hidup dalam bermasyarakat, berbudaya, dan berketuhanan adalah Sunan Kalijogo (Kalijaga). Sunan Kalijaga lahir pada tahun 1450 dengan nama Raden Said, beliau adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Nama lain Sunan Kalijaga antara lain Syekh Malaya, Pangeran Tuban, Lokajaya, dan Raden Abdurrahman.
Menurut sejarah, bahwa begitu banyak santri atau murid dari Sunan Kalijogo yang tersebar di Jawa dan Sumatera yang tetap teguh memegang ajaran Islam dan ajaran Sunan Kalijogo, dan tak terkecuali untuk wilayah Kebumen. Daerah Kebumen sangat dikenal dengan daerah santri sejak jaman dulu, terutama di Somalangu (desa Sumberadi, kec Kebumen). Salah satu tanda sejarah Islam di Kebumen adalah dengan berdirinya PonPes Somalangu yang didirikan pada tahun 1475 M, yang mana pendiri PonPes Somalangu adalah Syekh As Sayid Abdul Kahfi Al Hasani dari Yaman. Apa saja inti ajaran Sunan Kalijaga yang tetap selaras dengan jaman untuk tetap dijadikan pegangan hidup, petuah, dan juga filosofi atau falsafah bagi masyarakat Jawa pada khususnya, serta bagi masyarakat luas pada umumya?
Berikut ini 10 ajaran Sunan Kalijaga :
1. Urip Iku Urup
(Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik)
2. Memayu Hayuning Bawono, Ambrasto dur Hangkoro
(Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak).
3. Suro Diro Joyo Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti
(segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar)
4. Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpo Aji-Aji, Sugih Tanpa Bondho
(Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan; Kaya tanpa didasari kebendaan)
5. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan
(Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu).
6. Ojo Gumunan, Ojo Getunan, ojo Kagetan, ojo Aleman
(Jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah terkejut; Jangan mudah kolokan atau manja).
7. Ojo Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman
(Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi).
8. Ojo Kuminter Mundak Keblinger, ojo Cidra Mundak Cilaka
(Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah; Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka).
9. Ojo Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo
(Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat).
10. Ojo Adigang, Adigung, Adiguno
(Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti)
Demikianlah informasi sejarah dan budaya tentang filosofi hidup berdasarkan 10 ajaran Sunan Kalijaga. Artikel ini dirangkum dari berbagai sumber (@denbow)