Sejarah Wali Songo ; Sunan Bonang

sunan-bonang-gambarInformasi sejarah dan budaya Islam kali ini akan menyampaikan tentang cerita dan ajaran Walisongo yang lebih dikhususkan pada ajaran dari Sunan Bonang. Sebagaimana dituliskan dalam sejarah Islam di Jawa bahwa Sunan Bonang atau Maulana Makdum Ibrahim merupakan putra Sunan Ampel dan putri Cempa, yang lahir pada tahun 1466 M, dan merupakan salah satu anggota Walisongo yang cukup dikenal di kalangan masyarakat Jawa. Bukti sejarah dan petilasan dakwah sunan Bonang tersebar luas di sejumlah daerah di Jawa Tengah, seperti yang ada di kawasan Lasem, kabupaten Rembang. Hal ini menarik untuk dijelajahi sekaligus sebagai tempat untuk wisata religi. Perjalanan sejarah sunan Bonang dalam syiar Islam mulai dilakukan ketika kerajaan Demak dipimpin oleh Sultan Trenggono, dan sejak itulah Sunan Bonang memutuskan untuk melakukan kegiatan dakwah di beberapa daerah, seperti di desa Bonang, kecamatan Bonang, kabupaten Rembang.

Di desa Bonang, beliau membangun masyarakat desa Bonang melalui sebuah pondok pesantren sederhana yang bernama Ponpes Watu Layar. Dimana jumlah muridya waktu itu cukup banyak yang berasal dari desa Lasem dan sekitarnya. Pondok pesantren yang dibangun Sunan Bonang tidak berbeda jauh dari Pondok Pesantren Denta milik ayahnya, Sunan Ampel. Ajaran atau pendidikan yang ada di pondok pesantren Watu Layar tidak hanya menggelar pengajian, ibadah mengaji, dan belajar ilmu agama semata, namun juga diajarkan bermacam ilmu pengetahuan umum, seni budaya suluk, serta kegiatan ekonomi rakyat, yaitu dengan usaha membuat terasi udang. Sebagaimana diketahui bahwa usaha dan bisnis warga desa Bonang sampai saat ini salah satunya adalah sebagai perajin atau pembuat terasi udang. Ajaran Sunan Bonang dalam menyampaikan ilmu pengetahuan dan adab kepada santri dan warga banyak mengacu pada ilmu fiqih dan tasawuf. Beliau memiliki karomah yang unik sebagaimana kisah yang dialami oleh salah satu muridnya, bernama Bendera. Peristiwa berawal dari suara senandung atau kidung dari Bendera yang oleh Sunan Bonang dikira suara bende, sehingga akhirnya murid itu berubah/menjelma menjadi bende. Bende ini kemudian dijadikan oleh Sunan Bonang sebagai sarana untuk syiar ajaran Islam oleh Walisongo melalui perangkat musik gamelan, yang akhirnya dinamakan sebagai perangkat Bonang.

pasujudan-sunan-bonangSelain syiar dengan perangkat gamelan, Sunan Bonang juga membuat seni berupa wayang kulit, yang akhirnya juga dijadikan sebagai media dakwah dan syiar Islam. Sunan Bonang dikenal juga sebagai seniman, dimana salah satu hasi karya dia yang samapi saat ini masih dikenal adalah seni suluk berupa syair lagu Tombo Ati. Perjalanan dakwah Islam oleh Sunan Bonang juga sampai di Lasem, Tuban, dan daerah lainnya sampai beliau wafat terdapat sejumlah makam Sunan Bonang di tempat yang berbeda. Petilasan atau makam Sunan Bonang versi yang di Tuban terdapat di belakang masjid Tuban. Makam Sunan Bonang versi di Desa Bonang terletak di komplek bekas pesantren di dekat pantai. Dimana makam Sunan Bonang yang berada di desa Bonang bentuknya sederhana dan bukan berbentuk nisan, tetapi hanya kuburan yang ditandai 2 batu nisan dengan bunga melati. Dan keunikan di makam ini dijumpai ada tapak batu yang diduga sebagai petilasan atau bekas pasujudan Sunan Bonang, yang tidak jauh dari situ ada sebuah sumur dan bangunan masjid. Kompleks Pasujudan Sunan Bonang ini ramai dikunjungi oleh para peziarah untuk ngalap berkah dan wisata religi, terutama menjelang bulan suci Ramadhan.

Perjalanan atau jejak sejarah Wali Songo ; Sunan Bonang di Lasem sesungguhnya kalau ditelusuri lebih jauh jumlahnya cukup banyak yang dapat ditemukan dan digali kembali di pelosok Lasem mengingat Sunan Bonang menetap cukup lama di Lasem. Perjalanan dakwah Sunan Bonang menjadi refleksi sejarah Islam tentang syiar seorang Walisongo yang rendah hati dengan terjun ke tengah masyarakat Lasem, dengan metode dakwah yang unik dan khas Sunan Bonang, melalui seni dan budaya gamelan Bonang, serta seni suluk, yang semuanya itu bisa memberi warna baru dalam perjalanan dakwah di Indonesia. Perjalanan syiar Sunan Bonang di Lasem menjadi hikmah dan teladan  tentang perjuangan Sunan Bonang dalam menyebarkan ajaran Islam yang juga mendapat halangan dan rintangan, tetapi disisi lain mampu membukakan pola pikir maupun pola hidup masyarakat Lasem. Sunan Bonang tidak hanya memberi ilmu pengetahuan agama, tetapi juga kesenian dan ketrampilan ekonomi yang sampai sekarang menjadi mata pencaharian masyarakat Desa Lasem, yaitu usaha membuat petis terasi. (@denbow, dari berbagai sumber)

admin

Untuk bergabung dengan Group Aku Cinta Kebumen di Facebook, silahkan buka link ini => Aku Cinta Kebumen

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *